Perjalanan hijarahku menuju pola hidup sehat baru dimulai setelah umur 30an, meski merasa terlambat tapi aku bersyukur masih diberi kesempatan. Ada banyak alasan kenapa baru memulai, yang pertama karena baru tahu.
Pola hidup sehat yang sesungguhnya tidak ditemukan di pendidikan formal, walaupun ada beberapa mata pelajarana yang mengajarkan untuk pola hidup sehat, seperti PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan).
Tetapi dalam pelajaran itu kita hanya diajarkan untuk mengenal dan mengetahui, namun tidak dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Alasan berikutnya mungkin karena lingkungan dan pertemanan, ini adalah poin pentingnya.
Aku baru menemukan teman-teman yang memiliki banyak ilmu, sehingga aku bisa belajar banyak dari mereka, baik itu tentang makanan, ibadah, pendidikan, kesehatan, kebersihan, dan banyak lagi hal lainnya yang aku dapatkan dari lingkungan orang-orang hebat ini. Benar kata orang-orang bahwa lingkungan dan pertemanan sangat mempengaruhi hidupmu!
Aku mengubah pola hidup sehat berawal dari tidak makan malam, niatnya ingin mengecilkan perut yang sudah mulai mengembang. Tetapi kadang-kadang ada aja momen yang bikin khilaf, seperti di traktir teman, ada acara keluarga, lagi banyak duit, sehingga tergoda untuk makan malam.wkwkwkw.
Setelah mengenal Dr. Zaidul Akbar, aku mulai mengurangi nasi, banyak makan sayur, sarapan sehat seperti ubi rebus, jaung rebus, pisang rebus, dll. Ini tidak berjalan mulus dan tidak konsisten, sebab setiap pagi kakak dan ibuku selalu membuat donat, martabak, pisang coklat, untuk dijual.
Belum lagi nasi goreng, pisang goreng, yang memang sengaja dibuat untuk sarapan. Aku termasuk manusia yang mudah dipengaruhi, jadi melihat berbagai makanan enak di depan mata, sangat rugi untuk dilewatkan.
Meskipun sarapan sehat belum konsisten, tapi aku mulai rutin olahraga seperti jogging setiap akhir pekan. Kemudian aku juga mulai menerapkan tidak langsung minum setelah makan, tapi menunggu sekitar 30 menit. Ilmu ini dapatkan dari seorang teman saat pelatihan di Kampus UI Depok.
Tidak malam mulai konsisten, walau ada sesekali tetap jajan dan makan malam. Siangnya aku belum bisa mengurangi porsi makan dan jajan, namun aku semakin aktif olahraga. Pagi jogging, sorenya voli, malam badminton, sehingga keluargaku heran kalau aku di rumah (Berarti sakit atau ga punya uang), karena kalau sehat dan banyak uang, tidak pernah anteng di rumah.
Masuk kerja di sekolah islam, aku mulai puasa sunah senin-kamis, karena mengikuti lingkungan dan teman-teman yang biasa melakukannya. Bukan hanya senin-kamis, tapi puasa-puasa sunah lainnya seperti puas muharram, puasa zulhijjah, dan puasa arafah.
Selain mengubah pola makan dan olahraga, aku juga mulai mengurangi mengkonsumsi obat-obatan kimia ketika sakit. Kuganti dengan ramuan-ramuan herbal seperti habttussauda, madu, air rebusan jahe kunyit, air rebusan daun sirih, dll. Dan ini berlaku untuk aku dan semua keluargaku.
Yang biasanya kalau sakit kepala sedikit langsungg beli bodrek, paramex, panadol, sudah aku stop semua penggunaan obat-obat warung itu. Kecuali darurat baru kami mengkonsumsi obat dokter. Terbukti, obat-obatam herbal itu lebih ampuh menyembuhkan, meskipun butuh kesabaran yang panjang. Obat herbal tidak instan seperti obat dokter yang reaksinya lebih cepat.
Setelah menikah, dan langsung pindah merantau jauh dari keluarga, pola hidup sehatku semakin berlanjut. Alhamdulillah ketemu pasangan yang ternyata sedang berproses juga untuk diet dan sehat. Karena sebelumnya dia sempat berada di fase badan yang gemuk dan mudah sakit.
Dia nagajarin konsisten puasa senin-kamis, kalau tidak puasa tidak sarapan, pagi minum air putih minimal 1L, makan beratnya jam 10.00, perbanyak sayur, tiap hari konsumsi buah, batas konsumsi makanan jam 18.00, dan rutin jalan kaki.
Setelah berjalan beberapa bulan, suami ngajak lagi nambah puasa sunahnya, yakni puasa daud.Makan nasi hanya sekali dalam sehari, makin sering rebus sayur, mengurangi minyak, tepung terigu kuganti dengan tepung beras.
Proses ini pun tidak berjalan mulus, tetap ada cheat-day nya. Kami tetap makan nasi, martabak, gacoan, mixue, gorengan, bronis, coklat silverqueen, makan malam, tidak olahraga, dll. kami tidak berhenti, tapi lebih mengontrol mengkonsumsi makanan-makanan tersebut tidak se-sering biasanya. Kami masih berproses, dengan mengurangi dari yang biasanya.
Aku bisa melakukan semua ini karena ada beberapa faktor yang memaksa. Pertama aku tidak tinggal dengan keluargaku lagi yang suka bikin sarapan enak, dan beberapa bulan aku di rumah saja alias nganggur, jadi tidak ketemu best-besti yang suka ngajaki jajan. haha
Kemudian aku belum move on dari makanan-makanan jambi (kota asalku), sehingga aku belum selera untuk sering membeli jajanan atau makanan yang ada di sini (Tangerang). Keluar rumah bisa dihitung dalam sebulan, gimana mau jajan ya kan. haha. Ternyata banyak sekali manfaatnya ketika perempuan di rumah.
Sebab perempuan kalau di luar itu banyak godaan, dan perempuan mudah tergoda karena perasaannya. Diajakin temannya jajan, meskipun sudah kenyang tapi ga bisa nolak karena ga enak, itu aku sih. heheh. Malamnya nggak mau makan, tapi tiba-tiba besti ngajak nongki, mau nolak kasian, mungkin dia lagi sedih dan butuh teman. itulah perempuan.
Setelah bekerja, aku pikir akan berhenti dengan pola hidup sehat-ku, ternyata latihan beberapa bulan itu memberikan efek sendiri dengan pikiranku. Ketika melihat jajanan cilok, gorengan, aku sudah tidak se-tertarik dulu. Otak langsung memblokirnya dengan berbagai asumsi. aseeekk. Bukan berarti aku tidak membelinya sama sekali, hanya sesekali ketika darurat dan gabut ga tau mau makan apa.
Pola hidup sehat bukan berarti tidak sakit, karena sakit juga bagian dari takdir Allah yang memberikan pelajaran dan hikmah. Salah satu hikmahnya dapat mengahapus dosa-dosa kita. Pelajaran yang bisa diambil, mungkin tidak makan berlebihan, harus tetap menjaga kebersihan, dan lain-lain.
Dari semua proses hijrah pola hidup sehat-ku, bisa disimpulkan bahwa yang paling berpengaruh adalah lingkungan dan partner. Semoga yang juga sedang berproses hidup sehat dilancarkan, dimudahkan, dan Allah istiqomahkan kita semua sehingga menjadi muslim yang sehat, kuat, dan tangguh. Aamiin.